Molting adalah pergantian kulit udang, karena kulit udang tersusun oleh senyawa chitin yang keras dan udang tidak elastis. Oleh karena itu, dengan semakin besarnya ukuran tubuh udang, kulit harus mengalami pergantian dengan ukuran yang lebih sesuai dengan tubuh udang yang baru. Syarat agar udang dapat melakukan molting adalah kondisi udang yang baik dan segi energi dan kesehatannya, syarat lainnya adalah kondisi lingkungan (air) yang ideal, terutama dalam hal kandungan oksigen terlarut (DO), alkalinitas, dan pH.
Dalam kondisi molting, udang sangat rentan terhadap serangan udang-udang lainnya, karena disamping kondisinya masih sangat lemah, kulit luarnya belum mengeras, udang pada saat molting mengeluarkan cairan molting yang mengandung asam amino, enzim dan senyawa organik hasil dekomposisi parsial eksoskeleton yang baunya sangat merangsang nafsu makan udang. Hal tersebut bisa membangkitkan sifat kanibalisme udang yang sehat.
Ekdisis (proses molting) merupakan suatu rangkaian proses yang sangat kompleks yang dimulai beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelumnya. Pada dasarnya setiap jaringan terlibat dalam persiapan untuk molting yang akan datang, yaitu :
- Cadangan lemak dalam jaringan hepatopankreas dimobilisasi.
- Pembelahan sel meningkat.
- Diproduksi mRNA yang baru, diikuti oleh sintesis senyawa protein baru.
- Terjadi perubahan tingkah-laku.
Proses yang rumit ini melibatkan kordinasi sistem hormonal dalam tubuh udang. Siklus molting berlangsung melalui beberapa tahapan. Pada beberapa spesies, masing-masing mempunyai tahapan dan definisi sendiri-sendiri. Pada udang ada 4 tahapan, yaitu:
Postmolt
Postmolt adalah tahapan beberapa saat setelah proses eksuviasi (penanggalan eksoskeleton yang lama). Pada tahapan ini terjadi pengembangan eksoskeleton yang disebabkan oleh meningkatnya volume hemolymph akibat terserapnya air ke dalam tubuh. Air terserap melalui epidermis, insang dan usus. Setelah beberapa jam atau hari (tergantung pada panjangnya siklus molting), eksoskeleton yang baru akan mengeras.
Intermolt
Pada tahapan ini, eksoskeleton menjadi semakin keras karena adanya deposisi mineral dan protein. Eksoskeleton (cangkang) udang relatif lebih tipis dan lunak dibandingkan dengan kepiting dan lobster.
Early Premolt
Pada tahapan early premolt (premolt awal) mulai terbentuk epicuticle baru di bawah lapisan endocuticle. Tahapan premolt dimulai dengan suatu peningkatan konsentrasi hormon molting dalam hemolymph (darah).
Late Premolt
Pada tahapan premolt akhir terbentuk lagi lapisan exocuticle baru di bawah lapisan epicuticle baru yang terbentuk pada tahapan early premolt. Kemudian diikuti dengan pemisahan cangkang lama dengan cangkang yang baru terbentuk. Eksoskeleton (cangkang) lama akan terserap sebagian dan cadangan energi dimobilisasi dari hepatopankreas. Ecdysis (pemisahan cangkang) sebagai suatu tahapan hanya berlangsung beberapa menit saja, dimulai dengan membukanya cangkang lama pada jaringan penghubung bagian dorsal antara thorax dengan abdomen, dan selesai ketika udang melepaskan diri dari cangkangnya yang lama. Siklus molting dikendalikan oleh hormon molting yang dihasilkan oleh kelenjar molting yang terdapat di dalam ruang anterior branchium, dan disebut Y – organ.
Solusi Produk Nasa Untuk Merutinkan Proses Molting Pada Budidaya Ternak Udang
Pupuk Tambak Organik Nasa ( TON ) mempunyai kandungan lemak, karbohidrat, dan protein dalam jumlah yang cukup, yang langsung dapat dikonsumsi udang atau ikan sehingga sekaligus TON juga sebagai penambah nutrisi pakan. Dari faktor lingkungan, TON mampu menciptakan dan menjaga kualitas air yang ideal, mengembalikan kesuburan lahan tambak, diantaranya yaitu mineral-mineral penting, zat-zat nutrisi dan dilengkapi dengan asam humat. jika kedua syarat tadi dapat diciptakan dengan pemberian TON maka proses molting juga dapat berlangsung dengan rutin.