TON Pupuk Tambak Organik merupakan Produk Perikanan dengan formula khusus Tambak Organik yang diproduksi oleh PT NASA (Natural Nusantara). Formula alami (organik) khusus tambak perikanan ini untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi serta menjaga/memperbaiki kelestarian lingkungan tambak dengan memberikan mineral-mineral yang dibutuhkan udang/bandeng, mempercepat pertumbuhan plankton sebagai pakan alami udang/bandeng, serta mengikat logam – logam berat sekaligus membantu mengurai senyawa komplek berbahaya beracun bagi udang/bandeng. TON (Tambak Organik Nusantara) juga membantu merutinkan molting udang.
Fungsi TON Pupuk Tambak Organik Untuk Budidaya Perikanan
- Mengikat logam-logam berat yang berbahaya bagi ikan/udang.
- Membantu menguraikan senyawa kekal komplek berbahaya dan beracun, seperti : H2S, amoniak, asam laktat, dsb.
- Memberikan semua jenis unsur makro, unsur mikro lengkap untuk mempercepat pertumbuhan plankton dan sebagai pakan alami udang dan bandeng.
- Membantu dan merutinkan molting udang.
- Membantu sistem pencernaan udang.
- Meningkatkan pertumbuhan dan sistem kekebalan tubuh udang.
- Membantu perkembangan mikroorganisme yang bermanfaat bagi lingkungan tambak dan bermanfaat bagi pertumbuhan udang/bandeng.
- Membantu menciptakan dan mempertahankan ekosistem tambak yang seimbang.
Kandungan Unsur
N 2.67%, P2O5 1.36%, K 1.55%, Ca 1.46 %, S 1.43%, Mg 0.4%, Cl 1.27%, Mn 0.01%, Fe 0.18%, Cu < 1.19 ppm, Zn 0.002%, Na 0.11%, Si 0.3%, Al 0.11%, NaCl 2.09%, SO4 4.31%, C/N ratio 5.86%, pH 8, Lemak 0.07%, Protein 16.69%, Karbohidrat 1.01%, Asam Humat 1.29%
Catatan :
Untuk pencampuran pakan menggunakan pupuk organik cair NASA dengan dosis 5 cc/Kg pakan.
Pada tahap persiapan lahan tidak diperlukan lagi Urea.
Produk Nasa Pupuk Tambak Organik TON tersedia dalam kemasan botol 250 gram dan kemasan kotak 3 kg. Kini tersedia di Mitranasa !!
2 Komentar
Sudirman
Cara penggunaan pupuk ton bagaimana ?
Slamet Nasa
Aplikasi dan Pemakaian TON :
Pemakaian TON pada Kolam Dasar Tanah
Dosis ; 1 Kg per Hektar
> Aplikasi pada saat Persiapan Kolam/sebelum isi air
Aplikasi TON yang pertama dilakukan di tanah dasar kolam/tambak pada saat pengeringan setelah dipanen. Aplikasinya dengan cara ditabur ke tanah secara merata, atau bisa dilarutkan dulu baru kemudian disiramkan merata ke tanah dasar kolam.
> Aplikasi TON dilakukan sebelum dilakukan pengapuran. Menurut teknis yang benar, setelah diaplikasikan TON kemudian dilakukan pengapuran dengan kapur dolomit. Dosis penggunaan kkapur dolomit adalah 1 ton per hektar (100 kg per 1000 m2) atau sesuai dengan pH aktual, setelah itu kolam dibiarkan berkisar 2-3 hari, kemudian di isi air setinggi mata kaki dahulu (+/- 9cm), dan biarkan selama 3 hari untuk TON bekerja, baru kemudian air dimasukkan sampai penuh (kedalaman 100 – 120 cm).Fungsi aplikasi TON pada saat pengeringan ini adalah untuk menetralkan berbagai gas dan senyawa beracun sisa pembusukan bahan organik yang dihasilkan oleh budidaya sebelumnya yaitu amoniak dan H2S.
> Selain sebagai penetral senyawa atau gas beracun tersebut, TON juga berfungsi menumbuhkan plankton yang berguna sebagai pakan alami ikan/udang.
Aplikasi selama budidaya belangsung.
> Selama budidaya berlangsung, TON juga harus diberikan secara periodic (rutin) ke air kolam atau tambak.
> TON ditaburkan/disiramkan ke air kolam tiap 15 sampai 20 hari sekali.
> Dosis : 500 g (2 botol) tiap kali aplikasi. Siramkan atau taburkan merata ke air kolam.
> Fungsinya utama adalah untuk mempertahankan kualitas air agar tidak terlalu menurun secara drastis karena pembentukan senyawa atau gas yang beracun tadi. Selain itu TON juga berfungsi menumbuhkan dan menyuburkan plankton yang baru sehingga ketersediaan plankton di tambak selalu terjaga.
Aplikasi TON pada kolam dari semen atau terpal
> Pada kolam semen atau terpal, maka tidak diperlukan pengolahan lahan seperti di lahan tanah, oleh karena itu pemakaian TON hanya dilakukan setelah isi air.
> Pemakaian pertama yaitu setelah pembersihan selesai dilakukan, isi kolam diisi air setinggi 20 cm, tebarkan/siramkan TON dengan dosis 1 kg per hektar (satu sendok makan penuh per 1 m2), setelah itu air dibiarkan selama 3 hari, setelah itu diisi penuh untuk keperluan budidaya. Perlakuan berikutnya dilakukan setelah ikan berumur 15 hari dengan dosis yang sama dan diulang setiap 15 hari untuk menjaga kualitas air kolam budidaya.